Langkahnya pasti. Satu demi satu seperti terukur untuk memastikan tenaganya benar-benar terpakai secara optimal. Tangannya kirinya berayun seirama dengan kaki kanannya. Sedangkan tangan kanannya memeluk, menjaga kotak plastik transparan besar yang dibawanya agar tidak jatuh. Di bahunya tergantung ransel usang yang tak jelas produsennya. Hitam. Dan pudar.
Wajahnya kadang tertunduk ketika berjalan. Seperti mengawasi batu dan kerikil agar tak mengganggu si kaki yang terus lincah melangkah. Wajahnya berkeringat, namun semangat tetap terlihat. Sesekali kadang ia merapikan kerudung putihnya. Berhenti sejenak. Bernafas. Lalu melangkah kemudian.
Di pemberhentian berikutnya ia memutuskan menawarkan kembali bawaannya pada sekelompok orang. Namun dijawab hanya dengan anggukan dan senyuman. Dengan tersenyum dan terimakasih ia cepat meninggalkan orang-orang tersebut. Bubur sumsum di kotak plastik transparannya belum ada yang keluar. Dan belum ada uang yang masuk kantongnya. Tapi ia tetap melangkah.
Aku melihatnya pertama kali ketika 2 bulan yang lalu. Ramadhan. Dalam sebuah perjalanan pulang menuju rumah di sore hari. Seorang perempuan kotak plastik berkerudung. Usianya jelas lebih tua dariku, tapi pasti tak begitu jauh. Setiap rumah di pinggir jalan ia tawarkan ta’jil (makanan pembuka puasa – peny.) yang dibawa dalam kotak plastik Tupperware-nya. Bubur sumsum dalam gelas plastik.
Pertengahan bulan ramadhan aku melihatnya lagi. Masih dengan kotak plastiknya, kerudung putih, ransel usang, jeans dan sepatu ketsnya. Juga wajah semangatnya. Yang berbeda adalah lokasi aku melihatnya. Yang pasti lebih jauh dari tempat dimana aku melihatnya pertama kali. Dan ia berada disana melakukan hal yang sama seperti sebelumnya.
Kali ketiga aku melihatnya. Semakin jauh lokasinya. Ramadhan sudah lama lewat. Bubur Sumsum berubah menjadi gorengan. Namun yang dilakukannya tetap sama. Semuanya sama. Kerudung putih. Kotak plastik. Senyum. Semangat. Melangkah.
Aku tak pernah tahu nama kakak ini. Mengobrol saja belum pernah. Tapi aku selalu menyebutnya: Kakak Semangat.
No comments:
Post a Comment