Dec 3, 2010

Gusur!

Anak kecil itu cuma berdiri diam melihat orang-orang berbaju cokelat berkerumun di depan rumahnya. Semuanya membawa palu besar. Sebesar kepalan tangannya yang digabungkan dengan kedua adiknya. Lalu sebuah kendaraan berleher panjang berwarna kuning menunggu di lapangan dekat rumahnya. Banyak orang disana. Semuanya bermuka marah dan ia tak mengerti kenapa. Kenapa?

Ibunya sedang pergi ke pasar. Katanya akan segera pulang. Tapi ini sudah siang dan Ibunya belum muncul juga. Sedang orang-orang berbaju cokelat itu sepertinya tak bisa menunggu Ibunya untuk pulang. Ia mulai bingung. Mengkhawatirkan Ibunya yang tak kunjung muncul atau rumahnya ya mulai dimasuki orang-orang aisng ini.

Adik-adiknya sudah menangis semua. Dipeluk oleh Bi Ijah, tetangganya yang rumahnya juga dimasuki orang-orang yang sama. Akhirnya dia bergerak. Mendekati orang-orang cokelat tersebut. Tangannya cuma terangkat ringan seolah mencoba memanggil salah satu dari mereka. Siapa saja yang bisa diajak berbicara tanpa harus berteriak dan palu yang berayun. Tapi yang mana? Dia bingung. 

 Satu hentakan keras menyadarkannya. Suara terkeras yang pernah didengarnya selain pesawat yang selalu lewat diatas rumahnya. Bedanya kali ini jaraknya sangat dekat. Karena asalnya adalah rumahnya. Suara itu suara rumahnya. Sesaat ia percaya tadi adalah suara rumahnya yang menjerit. Menjerit karena dipukul si leher panjang berwarna kuning. Ia hanya bertambah bingung.

Satu lengan kurus menariknya ke belakang dan memeluknya. Ah, Ia kenal tangan itu, tangan Mak. Mak sudah menangis. Sepertinya paham apa yang terjadi. Tapi Ia tidak. Ia masih belum paham. Ada apa ini? Kenapa rumahnya diserbu orang? Bahkan Ia tak mengenal siapa mereka. Bagimana mereka bisa begitu kasar kepada rumahnya. Apa salah rumahnya? Apa salah Maknya? Apa salahnya?

Tangannya menggapai-gapai ke arah rumahnya. Tertahan oleh pelukan Maknya, matanya mulai memburam. Air mata mulai menggenang. Ia belum paham. Tapi rasanya sakit. 

Dan ia berteriak. Meski yang keluar hanya suara parau yang gagap. 








4 comments:

  1. emang sistem d negara kita ini kacau, ngomongnya doang atas dasar rakyat. tai kucing! kenyataannya rakyat lebih banyak menderita dibanding petinggi.

    emang bobrok lah sistem negara kita

    ReplyDelete
  2. dengan iringan lagu 'Bongkar-Iwan Fals'

    ReplyDelete
  3. Wah, itu lagu yang sangat cocok Bung Guava. Btw, akhirnya bisa ketemu juga di dunia menulis (blog). :)

    ReplyDelete
  4. Hahaha..sayang saya belum bisa berkarya seperti anda..
    Tapi tetap saya akan berusaha..hehe..
    Keep up the good line..

    ReplyDelete