"Ah gila lo!! Duit dari mana? Hongkong!!??" Teriak salah satu mahasiswa di depan saya kepada temannya.
Entah apa yang dibicarakan, saya juga tidak tahu. Tapi sepertinya si mahasiswa ini kesal karena temannya menyepelekan masalahnya. Masalah siapa saya juga tidak tahu. Yang pasti solusinya sulit sekali sampai harus mendatangkan uang dari Hongkong. Oh, itu di kampus saya terjadinya. Sore-sore sebelum masuk kelas. Dimana yang akan saya pelajari malam itu adalah... Sebentar. Maaf, tak jadi. Tulisan ini bukan tentang kuliah saya.
"Yeee... Dari Hongkong!" Kali ini seorang perempuan di sebuah kios.
Mencibir sendiri sepertinya. Oh, ada handphone di tangannya. Saya kira sakit dia. Seperti kata Kang Pidi Baiq, penemuan telepon seluler sangat menguntungkan orang-orang ya? Karena sekarang berbicara sendirian tidak lagi dianggap gila. Ah, ketemu lagi dengan Hongkong. Kedua kalinya dalam satu hari ini. Semakin membuat saya bertanya-tanya tentang Hongkong.
"Dari mana cuy?"
"Dari Hongkong."
Yang ini dialog dua kawan saya ketika saling berjumpa. Mungkin sedang kesal hatinya. Mukanya terlihat ditekuk. Atau jangan-jangan memang ia baru saja pulang dari Hongkong? Wah, kalau begitu kawan saya ini yang harus saya tanya.
"Di Hongkong ada apa sih?" Tanya saya sambil mendekatinya. Dengan wajah yang heran dan tidak percaya, kawan saya ini cuma memandang saya.
"Apa sih Bal?! Jangan ngaco deh!"
"Eh, beneran. Hongkong?"
"Hhhh...! Ke laut aje dah lo pada." Akhirnya kawan saya pergi. Jangan khawatir, nanti juga kembali. Saya teman yang baik soalnya. Menyesal dia kalau tak berteman dengan saya. Yang penting saya sudah tahu sekarang kalau mau ke Hongkong. Saya penasaran ada apa disana. Hampir semua orang Indonesia pernah kesana sepertinya.
Beranjak pergi, kawan saya yang lainnya bertanya, "Mau kemana Bal?"
"Hongkong, tapi mau cari laut dulu"
No comments:
Post a Comment