Langkahnya gontai. Pelan dan tertatih-tatih. Tapi matanya nyala. Jelas terlihat raut keras wajahnya seolah menantang dunia dan berkata, "Aku tak akan mati sekarang! Tidak sekarang!"
Lelaki itu jelas sedang sakit. Meski semangatnya terasa, namun tetap saja badannya hancur. Kelelahan dan penuh luka di sekujur badannya. Tapi bersikeras untuk berjalan. Hutan di sekelilingnya pun hanya diam. Memandangnya dengan iba dan berharap penderitaan si lelaki segera berakhir. Apapun itu bentuknya. Bahkan mungkin mati lebih baik untuknya. Tapi mereka juga berdoa dan berharap agar si Lelaki bisa sampai tujuannya. Pohon yang tinggi menunduk, memberi bayangnya untuk teduh si lelaki. Yang rendah bergeser, agar kaki si Lelaki bebas bergerak tanpa harus khawatir tersandung. Tanah meluruskan punggungnya, memudahkan jalan terjal didaki oleh si Lelaki.
Si Lelaki diam sejenak. Melihat lurus ke depan dan membayang. Dulu tak sejauh ini pikirnya. Terasa dekat sepertinya. Mana gubuk itu? Mana dia sekarang? Berjalan kembali Lelaki dengan pelan. Dia masih yakin gubuk itu akan bisa ditemukannya hari ini. Harus tekadnya. Tak boleh ia kembali ke luar hutan sana. Tidak sekarang. Nanti mungkin, tapi ia harus kembali ke gubuk itu.
Entah ratusan berapa ia melangkah. Mungkin sudah ribuan ia lewati. Akhirnya si lelaki diam. Menyadari tanah di depan kakinya sudah habis. Ia mendongak, dan memandang gubuk tua di hadapannya. Akhirnya sampai kata hatinya. Bergerak ia mendekati gubuk tersebut dan tersadar sudah ada orang yang menunggunya. Si Lelaki tahu siapa dia. Justru karena dialah yang ia cari sebenarnya.
"Kau terlihat lelah. Duduklah dulu, minum sedikit lalu beristirahat." Sambut Lelaki Kedua di depan gubuk.
"Ya, aku memang lelah. Ini sudah bukan waktuku. Dan sepertinya kau yang harus keluar sana. Ini memang giliranmu." Jawab Lelaki Pertama dengan kelelahan.
Berbeda dengan Lelaki Pertama, Lelaki Kedua sangat sehat bugar. Tegap berdiri dan siap untuk apa saja. Pakainnya bersih dan wangi. Diambilnya sebuah buntelan yang dibungkus kain, dan Lelaki Kedua mulai berjalan ke arah yang sudah dilalui Lelaki Pertama. Lima langkah diambilnya sebelum akhirnya dia menoleh melihat gubuk kembali yang ada di belakangnya, "Apa aku akan kembali?" tanya nya kepada Lelaki Pertama.
Lelaki Pertama hanya mengangguk pelan, "Ya, nanti kau akan kembali. Dan ketika saatnya tiba, akan ada yang menunggumu." sambung si Lelaki Pertama.
"Apa kau yang akan menungguku?"
"Mungkin. aku tak tahu itu."
"Begitu ya? Baiklah. Semoga kita bisa bertemu lagi."
Dan Lelaki Kedua berjalan kembali. Terus menuju keluar hutan. Ia tidak lagi menengok ke arah gubuk di belakangnya. Ia tahu percuma. Karena bukan kebelakang ia menuju. Tapi harus ke depan. Hanya ke depan.
Senyum mengembang di wajahnya. Dan ia mulai berlari.
Untukmu Merah dan Putih. Ayo berlari.